Mendaki gunung merupakan kegiatan alam bebas yang disukai oleh sebagian orang. Bahkan, ada juga yang menjadikan kegiatan mendaki gunung ini sebagai kegiatan wajib disetiap liburan mereka. Bagi saya, mendaki gunung merupakan kegiatan yang saya sangat senangi, karena dalam mendaki gunung saya belajar banyak hal seperti menghargai waktu, peduli terhadap sesama, kebersamaan, menjaga tata krama dan yang terpenting adalah mengajarkan saya untuk tidak sombong. Karena ketika di puncak gunung, semua terasa besar dan luas dan saya hanya sebagian kecil dari semesta ini. Mengapa sombong?
Pengalaman pertama saya ketika mendaki gunung adalah pada tanggal 13 – Juni – 2015, ketika itu saya dan lima teman saya yang notabene adalah pendaki pemula semua dan kami memutuskan untuk mendaki salah satu gunung dengan track atau jalur tersulit di Jawa Barat yaitu Gunung Cikuray. Dengan ketinggian 2821 meter di atas permukaan laut, menjadikan Gunung Cikuray sebagai salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat.
Pendakian dimulai pada tanggal 13 – Juni – 2015 pukul 05:00 WIB. Setelah kami menyelesaikan pembayaran simaksi atau Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi kami langsung mulai mendaki. Seperti para pendaki lain, kami melewati jalur pendakian resmi yang disediakan oleh pihak pengurus Gunung Cikuray.
Sekitar satu jam, kami sampati di pos pertama. Setelah melewati pos pertama, kami semakin antusias untuk mendaki lebih cepat untuk sampai puncak lebih cepat. Pos kedua terlewati, tak ada tantangan berarti yang menyulitkan kami. Namun, ketika perjalanan dari pos dua menuju pos 3 barulah tantangan mulai menguji kami, kami mulai kecapaian, tenaga kami banyak terkuras karna mendaki terlalu cepat dan jeda yang sangat singkat. Kami beristirahat di pos tiga sekalian makan siang, dan perjalanan kami lanjut kembali.
Pos empat dan pos lima kami lewati dengan mudah karena tak ada tantangan berarti setelah kami belajar bahwa mendaki dengan cepat menguras sangat banyak energi. Kamipun mendaki dengan santai dan lebih mengutamakan istirahat yang cukup karena seperti kata orang orang “puncak tak akan lari dikejar”. Sesampainya di pos enam kira kira pukul 4 sore kami berdiskusi untuk melanjutkan mendaki atau membangun tenda karena waktu yang semakin senja. Tak lama berdiskusi kami sepakat untuk mendaki sampai pos berikutnya yaitu pos bayangan pos 7, kenapa disebut bayangan? Karena ini adalah pos terdekat dari puncak. Sesampainya di pos 7 kami segera membangun tenda dan menyiapkan segala sesuatu untuk berkemah.
Malam pun tiba, kami berkemah ditemani kompor dan gugusan bintang yang indah di langit, bercengkrama dengan teman dan penghuni kemah lain yang kami tidak tahu siapa tapi kami tahu kami memiliki persamaan, yaitu sama sama menikmati indahnya ciptaan tuhan. Kami menghabiskan malam dengan canda dan tawa. Tidak ingin berlarut-larut, kami pun memutuskan untuk tidur untuk mengisi energi karena esok pagi kami ingin mendaki ke puncak Gunung Cikuray ini.
Pagi, 14 – Juni – 2015 pukul 03:00 WIB kami semua bangun dan bergegas untuk menuju puncak atau summit dan menikmati pemandangan sunrise dari puncak Gunung Cikuray. Setelah bersiap kami pun bergegas mendaki untuk mencapai puncak dan pukul 05:00 WIB kami sampai di puncak Gunung Cikuray, gelap sekali disini karena waktu yang masih sangat pagi. Tak lama kemudia matahari dengan cepat menampakan sinarnya, kami memandangi pemandangan itu dengan kagum, indah sekali. Inilah yang membuat saya untuk selalu ingin lagi dan lagi mendaki gunung tak peduli sesulit apa, semua pasti terbayar.
Di puncak ini semua terasa begitu indah, begitu besar, bahkan saya bisa melihat Kota Garut yang nampak sangat kecil dari atas sini, disitulah saya berada sebelum saya sampai sini. Saya sadar betapa kecilnya saya dibandingkan gunung ini, betapa kuatnya gunung ini sampai membuat saya lelah untuk mencapai puncaknya, betapa indahnya pemandangan ini dan betapa agungnya tuhan yang menciptakan semua ini. Mendaki gunung adalah belajar untuk tidak sombong dan tetap menjaga sopan santun terhadap sesama.
“isn’t about altitude its about attitude”.